Dian Rahmat Syahputra: Survei Tak Terdaftar KPU Tak Layak Menjadi Acuan Elektabilitas Calon Gubernur Aceh
GERBANGPATRIOT.COM, Aceh – Dua hari terakhir, pendukung Bustami – Fadhil loncat kegirangan lantaran menerima kabar bahwa calon yang mereka jagokan, Bustami – Fadhil unggul dalam survei terbaru Pilgub Aceh 2024.
Menanggapi hal tersebut, alumni Pasca Sarjana Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) Institut Teknologi Bandung (ITB), Dian Rahmat Syahputra, SE M.TP dalam keterangan tertulis, Senin (7/10), menilai ada upaya untuk sekadar menyenangkan hati Bustami – Fadhil dengan memberikan data yang belum tentu akurat terkait elektabilitas Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur nomor urut 1 tersebut.
“Bravo Fanta Institute (BFI) tidak terdata sebagai anggota Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), namun anehnya mereka bisa mengeluarkan data terbaru terkait elektabilitas Calon Gubernur Aceh, saya menduga ini survei yang belum tentu akurat yang ditujukkan untuk menyenangkan hati Om Bus yang galau lantaran elektabilitasnya jauh tertinggal di bawah Mualem,” jelas Dian yang juga peraih Rekor MURI 2022.
Dian menambahkan seharusnya jika ingin mempengaruhi opini publik, tim sukses Bustami – Fadhil bisa melobi lembaga survei yang kredibel dan diakui KPU. Sehingga hasilnya tidak ditertawakan para akademisi, praktisi, ataupun pihak-pihak yang mengerti metode survei.
“Jika Om Bus ingin unggul di survei yang kredibel, harus keluarkan duit yang besar dong, ajak lembaga survei yang sudah dikenal luas, cuma saya khawatir, hasilnya Om Bus tetap kalah dengan Mualem jika survei dilakukan oleh lembaga kredibel seperti LSI, Polltracking, Kedai KOPI dan lainnya,” kata Dian lagi.
Dian juga menjelaskan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah merilis sebanyak 81 lembaga terdaftar sebagai lembaga survei, jajak pendapat, dan penghitungan cepat hasil Pemilu 2024 per 6 Februari 2024 lalu.
“Jika memang timses Om Bus ingin menyenangkan hati Om Bus yang sedang galau, silahkan hubungi 81 lembaga survei yang sudah terdata di KPU RI. Sehingga saat hasil survei dirilis, tidak menjadi bahan tertawaan,” jelasnya.
Saat dilakukan pencarian di platform media sosial Instagram dan pencarian Google tidak ditemukan data adanya lembaga survei Bravo Fanta Institute (BFI). Hal ini semakin membuktikan jika lembaga survei tersebut adalah lembaga survei yang tidak kredibel dan tidak memiliki alamat domisili yang jelas.
Dian, yang juga sering meraih berbagai penghargaan jurnalistik tingkat nasional mengajak jurnalis-jurnalis muda di Aceh untuk lebih selektif dalam menulis rilis berita.
“Di masa Pilkada seperti ini, saya harap jurnalis-jurnalis muda masa depan Aceh bisa lebih cek dan ricek saat menerima rilis dari suatu lembaga, baiknya ditelusuri terlebih dahulu lembaga yang merilis berita tersebut, apakah lembaga kredibel atau lembaga abal-abal,” pungkasnya. (*)