Pentingnya Kesehatan Mental dan Ketahanan Keluarga di Tengah Megatren Global

GERBANGPATRIOT.COM, Jakarta – Prof. Dr. Suleyman Derin, Visiting Professor di ISTAC IIUM dan Faculty of Theology Marmara University, Istanbul, menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dan memperkuat ketahanan keluarga dalam menghadapi berbagai megatren global yang dinilai mengancam nilai moral dan struktur keluarga tradisional.

Menurutnya, keluarga saat ini menghadapi tekanan besar akibat perubahan sosial yang cepat, mulai dari redefinisi nilai moral hingga penetrasi ideologi baru yang berdampak langsung pada relasi orang tua dan anak. Jika tidak diantisipasi, kondisi ini berpotensi memicu krisis kesehatan mental di masyarakat.

Salah satu tantangan utama adalah pergeseran nilai moral global. Prof. Suleyman menilai terdapat upaya sistematis untuk mengikis nilai-nilai tradisional dan menggantinya dengan pandangan yang lebih fleksibel, khususnya melalui sistem pendidikan yang menekankan kebebasan individu tanpa batasan moral yang jelas.

Ia juga menyoroti adanya serangan terhadap struktur keluarga tradisional, termasuk peran ayah dan ibu. Model keluarga yang semakin individualistik dinilai melemahkan fungsi keluarga sebagai ruang utama pendidikan dan pembentukan karakter anak. Peran perempuan sebagai ibu dan istri pun, menurutnya, kerap dipinggirkan dalam wacana global saat ini.

Isu lain yang tak kalah penting adalah ideologi gender dan orientasi seksual, yang dinilai dapat mengaburkan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Prof. Suleyman memperingatkan bahwa kebingungan identitas gender berpotensi berdampak negatif terhadap perkembangan psikologis anak-anak.

Selain itu, ketergantungan berlebihan pada layar dan media sosial disebut memperburuk komunikasi dalam keluarga. Anak-anak semakin banyak dipengaruhi oleh konten digital dan figur influencer, sementara peran orang tua sebagai pembimbing utama kian melemah. Kondisi ini, lanjutnya, meningkatkan risiko kecemasan, konflik keluarga, dan keterasingan emosional.

Dari sisi kesehatan mental, erosi struktur keluarga dan ketidakseimbangan peran gender disebut berkontribusi pada meningkatnya kasus kecemasan dan depresi, terutama di kalangan perempuan. Oleh karena itu, penguatan keluarga dipandang sebagai kunci pencegahan masalah kesehatan mental jangka panjang.

Sebagai solusi, Prof. Suleyman menekankan pentingnya respons berbasis ajaran Islam dalam menyikapi isu gender modern. Pendekatan ini dinilai mampu menjaga pemahaman alami tentang perbedaan gender sekaligus memperkuat ketahanan keluarga.

Ia juga merekomendasikan kebijakan pendidikan yang mendukung peran orang tua, serta program edukasi yang menanamkan nilai moral dan kebijaksanaan dalam pengasuhan. “Masyarakat yang sehat hanya dapat dibangun melalui keluarga yang kuat secara moral, emosional, dan spiritual,” ujarnya. (*)